Djan Faridz dilahirkan di
Jakarta, Sabtu, 5 Agustus 1950 buah cinta dari pasangan
Mohammad Djan dan Aisha Djan. Dia menempuh pendidikan pada Sekolah Dasar (SD)
St. Fransiskus lalu SMP Kanisius dan SMA Negeri 2 Jakarta (1966-1969). Setelah
itu melanjutkan pendidikannya di Universitas Tarumanagara, dia lulus dengan
gelar sarjana arsitektur.
Sebelum
menjadi orang yang sukses, Djan Faridz muda mengawali bisnisnya dengan membuka
usaha bengkel las, lama-kelamaan usahanya bekembang menjual alat-alat bangunan
hingga menjadi pemborong perumahan. Pada 1996 Djan Faridz mendirikan PT.
Dizamatra Powerindo, sebuah kontraktor swasta yang pernah digunakan Pertamina.
Dia juga pernah bermain dalam usaha spekulasi tanah, dan pernah menjadi anggota
Himpunan Pengusaha Muda Indonesia. Pelan tapi pasti namanya semakin berkibar,
terlebih setelah sentuhan anak perusahaannya berhasil membuat Pasar Tanah Abang
menjadi pusat grosir terbesar di tanah air yang pembangunannya dimulai sejak
tahun 2002 dan diresmikan pada tahun 2005.
Pasar
Tanah Abang yang dulunya pasar kumuh dan tidak memiliki fasilitas seperti lift,
pendingin ruangan, dan fasilitas penunjang lainnya kini memiliki wajah yang
amat bertolak belakang. Setelah fasilitasnya dilengkapi, pasar kumuh itu kini
menjadi pusat bisnis yang berkembang pesat hingga menjadikannya sebagai pusat grosir
terbesar di Asia Tenggara. Perputaran uang di pusat grosir ini bisa mencapai
ratusan miliar perhari atau triliunan rupiah perbulan.
Setelah
sukses di bidang properti, Djan Faridz belum merasa puas. Dia masih terus
berupaya dengan penuh ketekunan, kejujuran, dan dedikasi untuk memperbesar
bisnisnya agar bisa semakin banyak kesempatan untuk berbagi dengan sesama. Dia
pun menancapkan bendera perusahaannya di sektor pertambangan dan energi yang
tersebar di beberapa daerah seperti Riau, Semidang Aji, Baturaja, Ogan Komering
Ulu, Sumatera Selatan. Di bidang listrik perusahaannya juga turut membangun
pembangkit listrik di Rembang, Jawa Tengah, pembangkit listrik independen
(independent power producer/IPP) dan pembangkit listrik di Lahat Sumatera
Selatan.
Selain
menjadi pengusaha, Djan Faridz yang dibesarkan di Gang Kenari Dalam, Kecamatan
Senen, juga memiliki sejumlah pengalaman di dunia politik. Sejak 2009, dia
terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dari Provinsi DKI
Jakarta dengan mengumpulkan suara sebanyak 200.000 suara, yang membuat dia
menjadi kandidat nomor tiga. Sebagian besar dukungannya diperoleh dari warga NU
dan pengusaha lain. Termasuk dari para alim ulama dan habaib Betawi serta
jamaahnya. Dukungan dari warga NU mengalir kepadanya dikarenakan sejak tahun 2006
Djan Faridz telah aktif sebagai Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI
Jakarta hingga akhirnya terpilih menjadi Ketua Tanfidziyah PWNU DKI Jakarta
periode 2011-2016.
Saat
terpilih menjadi senator (anggota Dewan Perwakilan Daerah) salah satu misi
pentingnya untuk Kota Jakarta adalah mengembangkan rancangan kebijakan –
perundangan – yang relevan untuk mengatur, rancang bangun tata ruang perkotaan
Jakarta dalam kedudukannya sebagai Kota Internasional. Kecintaannya kepada
Betawi begitu gamblang terlihat saat dirinya menjadi anggota DPD, dia
mengutamakan pelestarian budaya Betawi dan meningkatkan kemampuan ekonomi
Jakarta, dengan mengutamakan pasar tradisional.
Landasan
perjuangan Djan Faridz di DPD adalah visinya yang ingin memberikan inspirasi,
gagasan, dan tindakan yang tepat terhadap dinamika modernitas kehidupan dan
atmosfir relijius bagi kehidupan Warga Jakarta dan kemajuan kota Jakarta
sebagai ibukota negara. Selain itu Djan Faridz juga mempunyai misi diantaranya
mengembangkan rancangan kebijakan (perundangan) yang relevan untuk mengatur
rancang bangun tata ruang perkotaan bagi Jakarta dalam kedudukannya sebagai
Kota Internasional.
Lalu
pemanfaatan potensi sumber daya geografis dan sumber daya ekonomi bagi kemakmuran
warga Jakarta. Dari sisi budaya dan ekonomi juga dia angkat melalui
pengayoman warga Betawi mencakup atmosfir kehidupan religius, konservasi nilai
budaya Betawi, dan potensi sosial ekonomi warga yang tangguh dan adaptif
terhadap dinamika Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan pusat perekonomian
nasional.
Landasan
perjuangan di DPD itu pulalah yang mendorong dirinya berancang-ancang
mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta pada Pemilukada DKI Jakarta 2012
lalu. Namun hal itu urung dilakukan kendati sekalipun mendapatkan dukungan baik
dari partai dan sejumlah organisasi masyarakat. Sebelum pemilu dilaksanakan,
putra dari pasangan Mohammad Djan dan Aisah Djan ini, keburu diangkat untuk
mengarsiteki Kementerian Perumahan Rakyat oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono di Kabinet Indonesia Bersatu II pada pada 19 Oktober 2011.
Karena
diminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menjadi Menteri Perumahan
Rakyat (Mempera) di Kabinet Indonesia Bersatu II, diapun mengundurkan diri dari
bursa pencalonan Gubernur DKI Jakarta. Amanat sebagai Menteri Perumahan Rakyat
(Mempera) dijalaninya dengan penuh dedikasi sebagai baktinya kepada nusa dan
bangsa. Dengan tugas sebagai menteri yang mengurusi perumahan rakyat, ia
dihadapkan pada tugas yang lebih besar. Tidak hanya menata pemukiman Kota
Jakarta untuk menjadi lebih baik, namun seluruh wilayah Indonesia. Hal inilah
yang membuatnya tertantang untuk mengurusi perumahan rakyat di seluruh
Indonesia.
Salah
satu tantangan yang dihadapinya untuk tiga tahun
sebagai Menteri Perumahan Rakyat adalah mengatasi masalah kekurangan (backlog) rumah. Di mana berdasarkan data
Badan Pusat Statistik, 2010 kekurangan rumah mencapai 13,6 juta unit dengan
laju kekurangan rumah 700.000 unit per tahun. Untuk mengatasi kekurangan tersebut,
pemerintah menuangkannya dalam Program Pembangunan Pro Rakyat Klaster IV nya
yakni membangun rumah sangat murah sebanyak 350 ribu unit dan rumah murah
sebanyak 650 ribu unit hingga 2014 dan menyediakan rumah bagi warga Indonesia
eks Timur-Timor yang berada di daerah perbatasan Nusa Tenggara Timur - Timor
Leste sebanyak 29.992 unit.
Pengalaman
Djan Faridz sebagai pengusaha properti kelas menengah ke bawah, sangat mendukung
untuk menjalankan tugas-tugasnya sebagai menteri perumahan rakyat. Dunia
properti bagi suami Nini Widjaja ini bukan lagi barang baru baginya, apa lagi
latar belakang pendidikannya sebagai seorang sarjana arsitektur. Selain itu, ia
juga seorang organisator yang mumpuni yang sukses memimpin perusahaannya, PT
Priamanaya Djan International sejak tahun 1996. Ia berhasil merintis dan
memimpin perusahaannya mulai dari bawah hingga melebarkan sayap ke berbagai
sektor.
Calon Ketua Umum DPP PPP
Prestasi
gemilang yang telah dicapai oleh Ir. H. Djan Faridz itu, membuat politisi dari
PPP itu digadang-gadang pengurus Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PPP dan Dewan
Pimpinan Cabang (DPC) PPP se-Indonesia untuk maju sebagai balon Ketum DPP PPP
menggantikan DR. H. Suryadharma Ali di Muktamar VIII mendatang. Atas desakan
dari jajaran pengurus DPW PPP dan DPC PPP se-Indonesia serta restu dari DR. H.
Suryadharma Ali (SDA) akhirnya Ir. H. Djan Faridz pun mendeklarasikan diri maju
sebagai Calon Ketua Umum DPP PPP pada Muktamar VIII mendatang.
Acara
deklarasi yang diselenggarakan di Hotel Continental, Jakarta, Jumat malam
(26/9) lalu itu memang dihadiri Ketum DPP PPP DR. H. Suryadharma Ali. menurut
Djan Faridz, dukungan dari SDA itu karena dirinya dianggap mampu meneruskan
cita-cita SDA untuk membesarkan partai. Membumikan PPP sebagai Rumah Besar Umat
Islam di persada ini. "SDA ini ingin, penerusnya bisa melanjutkan
cita-cita beliau untuk membesarkan PPP. Beliau meminta saya untuk maju jadi
ketua umum. Secara prinsip untuk PPP saya siap," ujar Djan Faridz.
Ditambahkan
Djan Faridz, SDA akan menyelenggarakan muktamar nanti agar saat turun dari
ketua umum partai, ada yang bisa melanjutkan cita-citanya. Bila memang amanah
itu bisa dipercayakan padanya, Djan Faridz berjanji akan menjadikan PPP sebagai
Rumah Besar Umat Islam. PPP akan menjadi partai yang lebih terbuka bagi seluruh
Ormas Islam yang ada. PPP akan membuka pintu selebar-lebarnya. “Nanti, di
kemudian hari, PPP menjadi tempat aspirasi bagi seluruh umat Islam,"
ujarnya.
Disinggung
soal muktamar yang digelar SDA, Djan Faridz mengatakan bahwa muktamar ini
terbuka bagi siapapun, termasuk bagi kubu Emron Pangkapi Cs. "Dalam
muktamar nanti, Emron Cs harus hadir. Bahkan, bagi yang mau mencalonkan jadi
ketua umum pun dipersilakan. Kalau ada calon lain yang mau maju, silakan. Siapa
pun kader yang akan menjunjung dan membesarkan PPP ini diberi kesempatan yang sama
memimpin," ujarnya.
Soal
dukungan pencalonannya, Djan Faridz mengaku optimis. Sebab, sudah beberapa
daerah yang dikunjungi, menyambut positif pencalonannya. Menurutnya, DPW PPP seluruh
Jawa, NTB, NTTSumatera, DPW Kalimantan, Sulawesi dan lainnya semua positif
mendukung. Mereka merasa ada pembaharuan. Karena baru kali ini ada tokoh
pengusaha yang mau maju memimpin PPP.
Sejauh
ini, katanya, langkah untuk merebut kursi nomor satu di partai berlambang kabah
itu didukung oleh DPW PPP dan DPC PPP se-Indonesia. "Alhamdulillah DPW dan DPC mendukung saya mencalonkan diri sebagai
ketua umum. Pemilik hak suara pada Muktamar nanti adalah ketua dan sekretaris
DPW dan DPC. " DPW 33 kali dua. DPC 520 kali dua. Target saya 50 plus 1 suara ," ungkap Djan Faridz
yang menjanjikan jika dirinya menjadi Ketua Umum DPP PPP tidak akan rangkap
jabatan karena akan mendedikasikan semua kemampuan yang dimilikinya untuk
membesarkan partai.
Jamiel Loellail Rora
Tidak ada komentar :
Posting Komentar